Silahkan dipahami, dimengerti, dan disesuaikan dengan bisnis masing-masing. Karena terkadang ada produk yang ngga perlu funnel aneh-aneh, dan ada juga produk yang bahkan membutuhkan funnel lebih kompleks daripada yang saya tulis di bawah ini.
Daftar Isi :
Teknik Funneling Facebook Ads
1. Video View – Conversion – Reach
1.1. Triggering
1.2. Soft Selling
1.3. Retargetting
2. Brand Awareness – Traffic
2.1. Edukasi Produk
2.2. Retargetting Step 1
2.3. Retargetting Step 2
3. Traffic – Conversion – Reach
3.1. Datangkan Traffic
3.2. Story Telling / Soft Selling
3.3. Retargetting
4. Teknik Favorit : Conversion
4.1. Edukasi
4.2. Soft Selling
4.3. Hard Selling
4.4. Finishing
Kunci 4 Teknik Diatas
Kesimpulan
Sebelum masuk ke pembahasan utama, saya ingin menyinggung sedikit tentang Funneling. Funnel artinya kan corong. Jadi kenapa namanya funneling ? Karena fungsinya seperti corong, menyaring dari jumlah awal yang banyak menjadi sedikit.
Hal yang sama juga terjadi di dalam iklan Facebook. Kenapa harus menerapkan teknik funneling ? Ya untuk menyaring target audience yang awalnya berjumlah banyak, masih mentah, belum tertarik dengan produk Anda ( apalagi beli ), agar semakin mengerucut jadi jumlah yang jauh lebih spesifik, namun memiliki daya beli yang jauh lebih besar.
Khususnya di dalam Facebook Ads, metode funneling bisa dilakukan dengan memanfaatkan kombinasi objective campaign yang tersedia, dan dengan metode targetting dan sudut pandang konten iklan yang berbeda-beda, menyesuaikan level funnel.
Saya akan coba bahas satu per satu cara funneling yang biasa saya lakukan ketika beriklan di Facebook. Kalau ada yang ngga ngerti, silahkan langsung tanyakan di komentar.
Beberapa teknik di bawah mengacu pada data studi kasus ini :
Produk yang dijual : Madu herbal seharga 350.000 per toples / jar.
Alur penjualan : Landing page ( ViewContent ) => Klik tombol order Whatsapp ( AddToCart ) => Setelah transfer masuk halaman konfirmasi & terima kasih ( Purchase )
Jadi kalau saya berulang kali menyebut ViewContent, AddToCart dan Purchase Anda sudah paham ya posisi masing-masing pixel tersebut ada di halaman mana.
Ini adalah teknik funneling versi pertama yang biasa saya lakukan, dengan mengkombinasikan 3 objective sekaligus yaitu Video Views, Conversion, dan Reach.
Di hari pertama saya menjalankan iklan Video Views dengan konten video untuk mengedukasi target market. Produknya kan madu herbal, maka saya akan mengiklankan video yang berisi khasiat-khasiat madu untuk tubuh jika di konsumsi secara rutin.
Iklan tersebut saya jalankan dengan budget 50.000-75.000 per hari menggunakan broad audience targetting. Hasilnya, saya akan memfilter orang-orang yang sudah menonton video untuk dijadikan Custom Audience video viewer 50%, 75% dan 95%.
Artinya, jika orang melihat iklan saya dan menonton video tersebut sampai habis ( atau minimal 50% ), bisa dianggap bahwa mereka punya ketertarikan dengan informasi yang saya berikan. Di fase ini saya jalankan 2-3 Adset untuk split test targetting.
Saya sudah punya database CA berupa video viewers hasil iklan tahap pertama.
Di hari ke 4 atau 5 saya menjalankan iklan baru menggunakan objective Conversion. Iklannya bersifat soft selling atau story telling dan mengarahkan ke landing page produk madu. Target iklannya adalah LLA dari CA penonton video di iklan yang pertama.
Adset pertama berisi LLA 1%. Adset kedua berisi LLA 2%, Adset ketiga berisi LLA 3%, begitu seterusnya hingga Adset ke lima berisi LLA 5%. Semua Adset menggunakan optimasi ViewContent di dalamnya. Saya menerapkan metode split test lagi di fase ini. Iklan dijalankan dengan metode CBO menggunakan budget 75.000-150.000 per hari.
Iklan ini bertujuan menggiring orang-orang yang memiliki karakter sama dengan penonton video saya di iklan pertama untuk masuk ke dalam landing page yang berisi halaman penjualan madu herbal. Agar saya bisa menangkap mereka melalui pixel ViewContent.
Metode ini berjalan baik di saya, karena audience nya berupa LLA, setingkat lebih baik dibandingkan broad audience. Jika saya harus beriklan ke broad audience di fase pertama dan langsung mengarahkan ke landing page, biasanya konversinya ngga bagus.
Seharusnya, di fase ini sudah ada beberapa penjualan yang terjadi.
Di tahap pertama iklan Video Views terus berjalan dan menghasilkan CA penonton video. Di tahap kedua iklan Conversion terus berjalan dengan menargetkan LLA dari CA yang semakin matang ( iklan Video Views terus berjalan ). Datanya terus bertambah.
Sekitar hari ke 9 atau 10 saya akan menjalankan iklan dengan objective Reach. Audience yang saya targetkan di sini adalah CA ViewContent exclude AddToCart ( menghubungi Whatsapp ), dan juga CA AddToCart yang belum melakukan pembayaran (Purchase).
Sehingga saya akan jalankan 2 Adset dengan angle penawaran iklan yang berbeda.
Adset CA ViewContent kontennya mengajak mereka untuk menghubungi admin agar melakukan pembelian. Saya menekankan pada benefit agar mereka aware.
Adset CA AddToCart kontennya mengingatkan mereka untuk melakukan pembayaran, dan terkadang saya juga menawarkan diskon tambahan sebagai gimmick.
Tujuan iklan di fase ini adalah untuk retargetting, atau mengingatkan kembali bagi orang-orang yang sudah masuk landing page tapi ngga lanjut ke Whatsapp, dan kepada mereka yang sudah melakukan order via Whatsapp tapi belum lakukan transfer.
Dengan cara ini terkesan saya “menghantui” audience dengan berbagai angle iklan, sampai mereka membeli produk madu saya. Paham alurnya ? Sederhana kok, yang penting adalah kualitas iklan Anda, dan juga memaksimalkan pixel Facebook.
Oiya, khusus untuk orang yang sudah order tapi belum transfer, selain melalui retargetting iklan saya juga melakukan follow up melalui Whatsapp. Kan udah punya nomornya.
Teknik funneling iklan Facebook berikutnya yang sering saya lakukan adalah mengkombinasikan 2 objective saja, yakni Brand Awareness dan Traffic.
Bagaimana penerapannya ?
Di tahap awal beriklan saya menggunakan objective Brand Awareness berisi video untuk mengedukasi target market tentang keunggulan & manfaat produk madu saya. Kenapa selalu menggunakan video ? Karena tingkat attention nya lebih tinggi di banding gambar.
Dengan budget 50.000-75.000 per hari iklan ini saya jalankan dengan split test beberapa Adset. Targetnya bukan penjualan. Tujuan iklan hanya untuk membuat audience aware tentang keunggulan produk saya dan apa manfaatnya bagi mereka.
Di hari ke 4 atau 5 saya menjalankan iklan Traffic untuk mengarahkan audience ke Landing Page. Audience yang saya targetkan adalah CA penonton video hasil dari iklan Brand Awareness tahap pertama, yang di bagi jadi 3 Adset yaitu viewer 50%, 75% dan 95%.
Pada tahap ini iklan bersifat soft selling atau story telling kepada orang-orang yang sudah pernah lihat informasi produk saya, namun belum melakukan pembelian / masuk ke web. Seharusnya mereka akan lebih mudah masuk ke landing page karena sudah aware.
Iklan tahap pertama terus berjalan dan menghasilkan CA berupa penonton video. Iklan tahap kedua juga terus berjalan untuk retargetting penonton video agar masuk ke website. Artinya database CA ViewContent juga terus bertambah seperti bola salju.
Di tahap ketiga saya menjalankan iklan baru menggunakan objective Traffic, berisi 2 Adset dengan budget 25.000-50.000 per hari. Adset pertama menargetkan CA ViewContent exclude AddToCart, dan Adset kedua menargetkan CA AddToCart exclude Purchase.
Di tahap ini saya “menghantui” orang-orang yang sudah masuk landing page tapi ngga beli, serta orang-orang yang sudah menghubungi Whatsapp, sudah order, tapi belum bayar.
Teknik yang ketiga ini mungkin yang paling umum Anda tau, bahkan sedang Anda gunakan saat ini. Saya pun menggunakannya, karena masih sangat powerfull. Alurnya pun sederhana, hanya melibatkan 3 campaign dan memanfaatkan event pixel Facebook.
Sejak hari pertama saya menjalankan iklan menggunakan objective Traffic dengan split test target broad audience yang terbagi dalam beberapa Adset. Untuk alokasi budget sekitar 50.000-150.000 per hari menggunakan fitur Campaign budget optimization.
Tujuan iklan ini adalah untuk mencari performa komposisi audience terbaik, dan mengarahkan mereka ke dalam landing page produk. Kalau sales copy landing page Anda super keren, biasanya bisa langsung terjadi penjualan. Selain itu tujuan iklan ini untuk membangun database ViewContent alias pengunjung landing page produk madu saya.
Di hari ke 4 atau 5 saya menjalankan iklan Conversion dengan 3-5 Adset. Budgetnya kisaran 50.000-150.000 per hari dengan target audience LLA 1% hingga 5% dari CA ViewContent.
Campaign Traffic di tahap awal terus berjalan menggiring audience ke landing page dan terus menghasilkan data ViewContent. Otomatis CA ViewContent semakin matang, yang berimbas pada kualitas LLA semakin baik. Seharusnya di tahap kedua terjadi lebih banyak penjualan.
Iklan tahap pertama dan kedua sama-sama menggiring orang menuju ke web, dengan target audience berbeda. Otomatis CA ViewContent dan AddToCart juga terus bertambah.
Maka di fase ketiga saya menjalankan campaign Reach untuk retargetting terhadap seluruh pixel yang masuk ( ViewContent & Add ToCart ) yang belum transfer ( Purchase ).
Nah, ini adalah cara yang paling sering saya pakai beberapa waktu terakhir. Dengan catatan, Anda bisa melakukan teknik ini jika kondisi pixel event Anda sudah sangat matang.
Kali ini alur penjualan saya menggunakan form ( berbeda dengan 3 teknik sebelumnya ). Tujuannya agar saya bisa memilah-milah pixel event nya. Prosesnya seperti ini :
ViewContent : Orang yang baru masuk Landing Page
AddToCart : Orang yang klik tombol order ( direct ke halaman form )
InitiateCheckout : Orang yang berada di halaman form pemesanan
Purchase : Orang yang sudah isi form & masuk halaman terima kasih
Terbayang alurnya ? Ketika mereka sudah sampai di tahap Purchase, saya tinggal menghubungi mereka via Whatsapp untuk menyelesaikan pembayaran. Biasanya, audience sudah tidak banyak chat untuk bertanya lagi, dan langsung transfer pembayarannya.
Kunci teknik funneling Facebook Ads kali ini adalah memanfaatkan fitur optimasi pixel di level Adset, yang hanya ada di objective Conversion. Di hari pertama saya menggunakan objective Conversion yang di optimasi ViewContent, dengan target broad audience.
Facebook akan mengoptimasi iklan kepada orang-orang yang mirip dengan karakter pixel ViewContent yang sudah saya punya. Makin banyak jumlah data ViewContent, makin valid dan presisi bagi Facebook untuk mengoptimasi iklan saya ke orang-orang yang similar.
Iklan berjalan dengan budget 50.000-200.000 per hari, split test beberapa Adset.
Seiring berjalannya iklan, pixel ViewContent dan AddToCart semakin bertambah kan ? Di hari ke 4 atau 5 saya membuat Adset baru di campaign yang sama dengan menargetkan CA ViewContent exclude AddToCart. Adset tersebut saya jalankan dengan optimasi AddToCart.
Artinya, algoritma Facebook akan mengoptimasi iklan saya kepada orang – orang yang sudah ViewContent ( masuk landing page ) agar segera melakukan AddToCart.
Hari ke 9 atau 10 saya membuat Adset baru dengan audience CA AddToCart exclude InitiateCheckout, alias yang sudah klik order tapi ngga lanjut ke halaman form ( mungkin internetnya lemot atau hal lain ). Adset ini dijalankan dengan optimasi InitiateCheckout.
Langkah terakhir di hari ke 12 – 13 kembali saya membuat Adset baru dengan audience CA InitiateCheckout exclude Purchase alias yang sudah melakukan pembayaran. Sehingga totalnya saya menjalankan 4 Adset utama dalam satu campaign pada teknik ini.
Dari keempat teknik funneling di atas, sebenarnya ada kesamaan pola. Iklan yang berjalan di awal saling memberikan “sumbangsih” data audience untuk target iklan fase berikutnya.
Misal teknik pertama, iklan Video Views menghasilkan CA yang dipakai membuat LAA dan diiklankan dengan Conversion di fase kedua. Dan iklan Conversion menghasilkan data ViewContent dan AddToCart yang digunakan retargetting iklan Reach di fase ketiga.
Selama ketiga iklan itu terus dijalankan, maka data-data audience yang masuk akan terus bertambah banyak, menggulung seperti bola salju. Dan masing-masing iklan akan terus mengoptimasi audience yang dihasilkan oleh iklan sebelumnya. Saling berkaitan kan?
Semua alur iklannya tetap sama, edukasi produk / benefit => soft selling / story telling => retargetting / hard selling. Saya hanya perlu sesekali mengganti Adcopy atau Ad image agar target market tidak jenuh melihat iklan yang sama berulang-ulang. Jadi untuk sebuah rangkaian alur iklan saya bisa jalankan hingga beberapa minggu, bahkan bulan.
Seperti yang saya katakan di awal, bahwa fitur-fitur yang tersedia di Facebook Ads sangat banyak, dan kombinasi cara beriklan yang bisa Anda lakukan juga sangat banyak.
Jadi menurut saya tidak ada teknik yang benar atau salah, yang ada hanyalah teknik yang menghasilkan atau tidak. Yang salah adalah kalau Anda tidak mencoba apapun.
4 teknik beriklan di atas sudah saya jalani cukup lama dan menghasilkan konversi yang baik untuk beberapa produk. Jadi semuanya kembali kepada Anda, untuk memilah-milah mana yang menurut Anda paling worth it untuk dilakukan, maka fokus dan lakukan.
WhatsApp us